Postingan

Cinta Abadi Dalam Belenggu Senja

Raditya Arief Putrasetiawan  Sepasang netra cokelat tersebut memandang langit, nampak perkasa meski tertutupi tebalnya awan. Sesekali kulitnya merasakan sentuhan angin yang seolah tengah mencurahkan belaian lembutnya, guna mengobati hati yang terbelenggu rindu. Ah, rindu. Sekian lama ia dihantui kata tersebut. Sebuah kata dengan lima huruf yang mudah diucapkan, namun sukar dirasakan. Sebuah kata lima huruf yang setiap detiknya menorehkan rasa sakit pada luka lamanya. Sebuah kata yang menuntunnya kembali pada masa silam, dimana seluruhnya masih terasa masuk akal. Dimana bintang di langit masih senantiasa dipercayai, untuk menggantung mimpi-mimpi yang rapuh. Sebelum kenyataan menamparnya, bawasanya bintang di langit tidak berkenan menjaga harapannya. Sebelum kenyataan menyadarkannya bahwa segalanya ada akhir, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Titik-titik air mengalir lembut, menyentuh kulit sawo matangnya. Lantas memaksanya meneduh sejenak, pada sebuah warung kopi kecil. Ia du

Serpih Mimpi yang Lebih Berarti

Oleh : Raditya Arief Putrasetiawan Dikala senja menyapa, semburat jingga menggeletik netra. Lantas raga berpelih kembali ke peraduan. Memeluk rumah dengan seribu cerita. Demikian senja menghiasi hari, jingga menyinari hati-hati lelah penuh pengharapan. Kendatipun, terkadang pengharapan bisa berujung duka Termenung paras bermuram dirja, menatap lembayung senja yang menggantung perkasa. Netra layu nan kosong, menyertai setiap detik penantiannya. Tak lagi berarti angan yang terpupuk sekian lama. Tidak lagi berguna eksistensinya yang terlampau hina. Gadis itu terpejam sesaat, membiarkan angin berdesir menyentuh indera perasa. Sedetik gadis itu tak mengubah posisi, hingga kemudian ia membuka mata beriringkan helaan napas. Sama seperti dulu, kelu ku berdiri tak mampu bergerak. Kedua mataku terpaku termenung, tak teralih pada sosoknya yang terdiam membisu. Ku ingin menghampiri, mengutarakan janji yang sempat kuukir dahulu. Bersama gadis itu, kuberharap dalam diamku. Namun kutahu ini